top of page
  • Writer's pictureArchie Amalia Zahra

Bercocok Tanam di Tengah Pandemi Covid-19

Updated: Jan 5, 2021

Tangerang – Pandemi ini tampaknya membuat seluruh orang-orang yang saya kenal kehilangan sebagian hidup normalnya. Jalanan menjadi lengang dan kampus mendadak kosong. Penghuninya terpaksa berdiam diri di rumah guna menghindari penyebaran virus. Mengisi hari-hari di rumah, banyak yang mulai mengeksplorasi hal-hal yang selama ini belum pernah mereka lakukan. Sebagian membeli akun Netflix dan menghabiskan waktu memutar berbagai sinema di sana, sebagian mengadopsi hewan, dan sebagian lainnya turut mengadopsi tanaman hias dengan berbagai warna.


Tren tersebut terlihat dengan sangat jelas. Sebelumnya, penjual benih dan pupuk tanaman hias hanya terdapat pada beberapa sudut kota saja. Sekarang, sepanjang jalan-jalan sekitar rumah saya, terlihat rimbun tanaman hias lengkap dengan plang besar bertuliskan ‘DIJUAL’. Pun dengan laman Instagram saya yang mendadak dipenuhi aktivitas bercocok tanam dari kawan. Ternyata, ayah saya yang sudah dari lama menggemari tanaman, juga menyadarinya.


“Terasa sekali (perkembangan trennya). Saya hobi menanam sejak anak saya yang paling kecil umurnya 10 tahun. Saat itu tanaman masih murah dan belum terlalu banyak yang jual, namun sekarang penjualnya semakin menjamur dan harganya menjadi agak lebih mahal,” ujarnya.


Melihat kecintaannya pada tanaman bukan merupakan hal baru bagi saya. Dapat dibilang, saya tumbuh bersama tanaman-tanaman yang ayah saya rawat. Selain menjadi wahana untuk refreshing dari pekerjaan, baginya terdapat kebanggaan tersendiri ketika melihat anak-anak berdaunnya tumbuh lebat dan sehat.




Sumber Foto: Archie Amalia

Lain cerita dengan teman saya, Nada, yang mulai merawat tanaman semenjak pandemi melanda. Tidak seperti ayah saya yang sudah berpengalaman dengan dunia tanaman hias, Nada terbilang ‘anak bawang’. Ia baru mendalami tata cara merawat tanaman hias semenjak bulan Oktober 2019 silam. Mengenai penyebab ia mulai merawat tanaman hias, Nada berkata ia mengikuti kebiasaan neneknya.


“Mungkin sejak kuliah online (mulai sukanya). Di rumah gue tuh sebenernya udah banyak tanaman hiasnya dari dulu. Karena di rumah terus, jadi mulai memperhatikan hal-hal kecil gitu. Nah nenek gue kan suka sama tanaman hias gitu, akhirnya gue ikutan tertarik juga, pengen tau cara ngerawatnya gimana,” akunya, saat saya mewawancarainya via WhatsApp. Sayang sekali, karena PSBB yang kembali diberlakukan di Kota Tangerang, saya jadi tidak diperkenankan berkunjung langsung ke kediaman Nada.


Nada juga menyatakan bahwa perkuliahan yang dilaksanakan secara daring membuat dirinya jenuh menatap layar terus menerus. Ia merasa butuh aktivitas fisik di rumah. “Gue tuh, pas di kampus ya, ke mana-mana jalan kaki. Pas quarantine gini jadi ngerasa ada yang kurang gitu lho,” tambahnya. Guna memenuhi hal itu, Nada akhirnya mulai menyibukan diri dengan merawat tanaman di sela-sela kegiatan sehari-hari.


Sumber Foto: Swafoto dari Narasumber

Saya pun ditunjukan berbagai macam tanaman hias yang ia rawat dengan neneknya. Semacam kolaborasi, kelakarnya. Tanaman hias milik Nada tidak sebanyak milik ayah saya. Terbatasnya lahan di rumahnya membuat Nada harus pintar-pintar mengatur jumlah tanaman yang dimiliknya. “Kalo kebanyakan (tanaman hias), nanti susah masukin motor ke halaman.”


Bagi Nada, merawat tanaman adalah aktivitas yang menyenangkan. Sedikit mirip dengan penuturan ayah saya, Nada menganggap merawat tanaman sebagai media untuk refreshing. Ia juga menyatakan, melihat tanamannya tumbuh besar menjadi kepuasan tersendiri.


“Senang pas liat tanamannya tumbuh subur. Kaya, wah gue berhasil lho ngerawat tanaman ini! Kadang sedih kalau liat ada yang layu. Tapi lebih banyak kesenangannya sih,” tutur teman SMA saya tersebut.


Melihat aktivitas sosial media Nada, saya jadi sadar betul bagaimana merawat tanaman menjadi gaya hidup baru kini. Entah bagaimana tren tersebut mulai meluas hingga banyak sekali teman dan kerabat saya yang bolak-balik mengunggah foto tanaman hiasnya. Saya pun jadi sedikit-sedikit tahu nama-nama tanaman hias yang sedang ngetren; sebut saja janda bolong, Chinese money plant, sukulen, hingga berbagai jenis kaktus mini. Ayah saya sendiri paling memfavoritkan tanaman Suplir miliknya, sementara Nada terang-terangan menyebutkan tanaman mini-nya.


Tampaknya, pandemi ini, selain (tentu saja) menyusahkan hajat hidup banyak orang, juga membuat banyak orang menemukan pelampiasan lain untuk menggantikan kegiatan hariannya yang kian menghilang. Merawat tanaman hanya menjadi salah satu tren saja. Masih banyak tren lainnya, mulai dari memelihara cupang hingga membuat podcast. Tidak ada salahnya merawat tanaman. Rimbunnya memang menenangkan pikiran, sedikit-banyak bisa mengalihkan diri dari stresnya terkurung di rumah sendiri.

9 views0 comments
Post: Blog2 Post

Subscribe Form

Thanks for submitting!

021-733-1215

Jalan Cendrawasih Raya Blok B7/P, Sawah Baru, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15413

  • Facebook
  • Twitter
  • LinkedIn

©2020 by SphereMedia

bottom of page